Mungkin terkesan personal, tapi yang ada dalam pikiranku adalah tidak ada lagi yang bisa menerima ocehanku yang kusimpan rapat-rapat dan hanya meninggalkan kenangan pahit. terkesan labil atau kekanak-kanakan tapi ketauhilah hanya aku dan Tuhan yang engerti apa yang kurasakan. :')
Umurku baru saja 18 tahun bukan umur anak kecil merengek ingin dibelikan boneka meskipun kenyataanya memang tidak pernah dibelikan boneka apapun jenisnya. Hingga saat ini tiba aku menjadi anak yang sudah lulus sekolah menengah atas dengan kemampuan belajarku yang lumayan membanggakan, tapi apa kata mereka? “biasa saja!” ya aku tahu aku bukan anak pintar dan mendapat peringkat baik seperti kakak dan adikku , dan aku belajar semampuku hingga menjadi seperti ini. mungkin keahlianku bukan dibidang akademis atau berbau dengan buku teori dan apalah itu, aku hanya ingin melakukan apapun yang aku sukai dan yang emmbuatku merasa nyaman. Tapi apa kata mereka? “buat apasih gituan? Ngga penting!” ya seperti itulah poin terpenting dalam delapan belas tahun hidupku yang tidak menarik dan bahkan membosankan. Pemikiranku yang berbeda dari keluarga besarku. Menjadikanku sebagai anak yang kurang perhatian. Haha menurutku cukup sih perhatian yang kudapatkan dari orang tuaku, hanya saja mereka belum memepercayaiku sepenuhnya atas apa yang aku buat selama ini. entah dari sikap belajarku, dari sikapku mendapatkan teman yang banyak. Dari sikapku yang lainya. Mereka mungkin keluargaku yang sah karne memang aku hidup dilingkungan mereka dan dilahirkan oleh orang tua yangmenurutku sangat luar biasa karna memiliki anak seperti aku.
Umurku baru saja 18 tahun bukan umur anak kecil merengek ingin dibelikan boneka meskipun kenyataanya memang tidak pernah dibelikan boneka apapun jenisnya. Hingga saat ini tiba aku menjadi anak yang sudah lulus sekolah menengah atas dengan kemampuan belajarku yang lumayan membanggakan, tapi apa kata mereka? “biasa saja!” ya aku tahu aku bukan anak pintar dan mendapat peringkat baik seperti kakak dan adikku , dan aku belajar semampuku hingga menjadi seperti ini. mungkin keahlianku bukan dibidang akademis atau berbau dengan buku teori dan apalah itu, aku hanya ingin melakukan apapun yang aku sukai dan yang emmbuatku merasa nyaman. Tapi apa kata mereka? “buat apasih gituan? Ngga penting!” ya seperti itulah poin terpenting dalam delapan belas tahun hidupku yang tidak menarik dan bahkan membosankan. Pemikiranku yang berbeda dari keluarga besarku. Menjadikanku sebagai anak yang kurang perhatian. Haha menurutku cukup sih perhatian yang kudapatkan dari orang tuaku, hanya saja mereka belum memepercayaiku sepenuhnya atas apa yang aku buat selama ini. entah dari sikap belajarku, dari sikapku mendapatkan teman yang banyak. Dari sikapku yang lainya. Mereka mungkin keluargaku yang sah karne memang aku hidup dilingkungan mereka dan dilahirkan oleh orang tua yangmenurutku sangat luar biasa karna memiliki anak seperti aku.
Tapi
kenyataannya mereka belum mengetahui sikap anaknya yang membutuhkan support dan kepercayaan dari kecil.
Mereka tidak tahu makanan kesukaanku, mereka tidak tahu hobby dan kegemaranku
karna menurut mereka tidaklah penting ,dan mereka tidak mengetahui bagaimana
aku mencari teman mendapatkan teman hingga mempunyai teman dan diberi nilai
minus pada mereka. Yah selalu saja melihat sisi negative seseorang tanpa tahu
siapa dia sebenarnya. Dan itu yang membuat mereka tidak percaya padaku!
Kehidupanku
menurutku keras jika masih ada nenek” itu. jujur dari kelas 5 SD aku mulai
membiasakan diri menjadi wanita sepenuhnya mengurusi rumah dari bersih-bersih ataupun
lainnya, aku suka dengan kegiatanku ini menjadikanku lebih aktif lagi dan
membuatku belajar menjadi dewasa, yah saat itu aku masih sangat dini untuk
memikirkan masa depan dan terlebih lagi tidak ada yang mendorongku untuk
memikirkan karir masa depanku karna menurut mereka “kamu belum cukup umur!”
begitulah kata mereka .padahal menurutku dorongan orang tua menjadikan anak
mereka sukses dimulai dari usia dini dan itu menjadi stimulasi agar si anak
belajar dengan giat dan mempunyai semangat untuk belajar. Dan itu tidak
kudapatkan selama ini. kembali lagi disaat aku belajar mencuci piring disebuah
dapur yang sangat sederhana, si mbok memarahiku karna kegiatanku menimbulkan
kebisingan. Mengertilah, aku hanya anak 10 tahun yang belajar mencuci piring
tanpa ingin dimarahi dengan kata kasar seperti itu! dan dimulai lah dengan
hari-hari berikutnya aku tidak peduli dengan omongan kasar si buyut generasi
satu itu. aku lebih suka dan sayang dengan mbah buyutku generasi dua yang lebih
kalem dan luwes terhadapku. Yang sering memberiku jajanan pasar yang aku sukai.
Yah kedua nenek itu berbeda sifatnya, dan sekali lagi aku lebih suka dengan
mbah buyut generasi kedua ketimbang si mbok julukan buyut generasi satu itu .
disaat aku belajar sesuatu yang baru dan mendapatkan kata kata kasar simbok
lagi aku tidak peduli, karna kata ibu simbok orang tua yang hidupnya terlampaui
susah dan keras karna beliau hidup saat masa penjajahan dulu, aku memaklumi,
hingga pada saatnya keduanya wafat disertai ayahku dan juga bapakku ( kakek).
Tahun 2009 adalah tahun duka dimana kedua nenekku dan ayahku dipanggil Tuhan,
aku baru masuk satu tingkat lebih tinggi SLTP tapi orang yang mempercayaiku
sudah dipanggil. Yah, ayahku orang yang luar biasa beliau mengajariku untuk
kreatif memberikan pelajaran untuk tegas dan disiplin mengajariku samroh
mengajariku bermain music menagajakku jalan-jalan di hari minggu dipelabuhan.,
dan sekarang tidak aku dapatkan lagi kepercayaan itu di dunia, tapi aku yakin
ayah pasti bangga saat aku dapat peringkat dan membanggakan namaku sendiri
lewat kemampuanku dibidang nonakademis .dan mbah buyut generasi duaku juga
pergi dimana tidak ada lagi uang memberiku jajanan pasar lagi, tidak ada yang
menghiburku lagi, dan buyut generasi satu juga pergi sejujurnya tidak banyak
kenangan indah denganku yang ada hanyalah kata-kata kasar beliau yang masih
ingat di otakku. Tapi aku sedih setidaknya beliau mengajarkanku satu hal, tegar
dan sabar meskipun aku dibully orang lain. Ya semoga mereka baik-baik saja
disurganya Allah, Amin
Tepat
2 tahun lalu, kakekku dipanggil Tuhan juga sosok pengganti ayah dan
satu-satunya orang tua lelaki yang bertahan dikeluargaku ini hingga saatnya
beliau menyusul yang lainnya ,terima kasih telah mendidikku menjadi pribadi
yang kuat dan tegar dalam hati Pak. Hingga saatnya nenek tinggal serumah
denganku.
Karna
ibuku anak tertua jadi nenekku ikut dengan ibu yang juga janda dengan 3 anak
termasuk aku yang saat itu masih sekolah, sifat beliau sama persis dengan nenek
generasi satu karna memang itu ibunya beliau. Mungkin buah tidak jatuh jauh
dari pohonnya, dan aku berharap ibuku sifatnya tidak seperti itu saat tua
nanti. Sehari-hari tidak ada yang menarik ibu kerja hingga sore dan
anak-anaknya sekolah sepertiku. Hingga saat aku masuk SMK dan otomatis bertemu
lebih seringdengan nenek. Disitulah rasa tidak suka sampai rasa ketidak
pedulianku muncul. Ketauhilah aku sudah remaja umurku menginjak umur 18 tahun
dan akutahu cara yangmenurutku nyaman untuk mengerjakan rumah, tanpa disuruh
aku akan membersihkan tanpa cacian maki dari mulut pedas nenek. Yah mungkin aku
yang lebih sering dapat makian kasar dari buyut generasi satu dilanjutkan nenek
ini. anak tai anak budek anak goblok bodoh sempat dilontarkan untukku, sakit? Iya.
Tapi apa boleh buat beliau sudah tua dan lagi-lagi kehidupannya sudah keras
dimasa mudanya. Hingga pelampiasannya ke cucunya . tapi ngga mnuafik juga aku
tidak tersingung. Aku bukan malaikat yang di caci maki diam saja. Sempat aku
protes dengan omonganku yang cengkal dan membantah hingga males mengerjakan
pekerjaan rumah lagi disaat masih ada dia!. Aku bukan males tapi aku lebih
males lagi kalau mendengarkan ocehan dia sehingga akulebih milih mengasingkan
diri ke kamarku. Lebih asyik dengan duniaku meskipun terlihat menyedihkan
dengan berkesimpungdi handphone tapi itu lebih baik ketimbang aku keluar kamar
dan dapat ocehan baru dari nenek itulagi” anak koyok taek! Gangerti tandang
gawe” what the fuck? Who is you ? jika dalam sehari kau ngga ngomong gajelas
dan kasar-kasar terhadapaku rumah ini
bakal bebas dari debu tanpa bantuanmu, grand mother! Aku paling benci orang
lain sok tau mengatur hidupku bahkan ngomongkasar kepadaku, kembali lagi. Siapa
dia ? kita sama-sama manusia ciptaan tuhan dan derajat kita sama bukan? Hanya
umur yang membedakan kita tapi bukankah itu terlalu kurang ajar seorang nenek
yang bilang semacam itu terhadap cucunya sendiri? Oke menurutku keterlaluan
hingga kau memutuskan untuk tidak ikut campur urusan beliau lagi! Oke kalo
beliau butuh saya silahkan dating, kalau tidak saya pergi. Begitulah
pernyataanku sendiri dalam hati. aku akan membersihkan rumah disaat beliau
tidak ada karna saat seperti itu semacam surga dunia yang membuatku bebas dari
kutukan peniyihir . begitulah sampai sekarang entah kau bilang aku anak tai
babi ketek bodoh dobol tolol budek whatever, you don’t know who I am and never
know really who I am